Sebutan kitab kuning adalah karena zaman dahulu banyak kitab yang dicetak dengan kertas berwarna kuning.
Masi'ta – Apakah sahabat Masi'ta pernah mendengar tentang kitab kuning? Istilah ini biasanya sering terdengar di dunia pondok pesantren. Kitab kuning sendiri adalah kitab yang menjadi warisan dari para ulama dan di dalamnya berisi mengenai pengetahuan agama Islam.
Namun tulisan yang digunakan dalam kitab ini tidaklah berupa tulisan latin berbahasa Indonesia seperti buku-buku pada umumnya. Melainkan berupa huruf Arab tanpa menggunakan harokat atau yang biasa disebut sebagai huruf Arab gundul.
Seseorang yang belum mempelajari atau belum terbiasa membaca Arab gundul, maka akan kesulitan untuk membacanya.
Meski begitu, ada cara membaca kitab kuning yang bisa sahabat Masi'ta pelajari secara perlahan agar mampu membacanya dan memahami apa yang disampaikan di dalam kitab tersebut.
Bagi sahabat Masi'ta yang ingin mengetahui apa itu kitab kuning dan bagaimana cara membaca kitab kuning yang baik dan benar, berikut sebagaimana dirangkum Masi'ta melalui lampung.nu.or.id dan kemenag.go.id.
Sebelum membahas lebih dalam tentang cara membaca kitab kuning, ada baiknya jika sahabat Masi'ta mengetahui terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan kitab kuning. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, kitab kuning adalah kitab keislaman berbahasa Arab atau kitab keislaman berbahasa lainnya yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren.
Perlu sahabat Masi'ta ketahui bahwa penggunaan kitab kuning sudah ada sejak abad 1 hingga 2 Hijriyah yang kemudian masih digunakan sampai sekarang. Kitab kuning sangatlah erat dengan kehidupan pesantren. Di mana pesantren sendiri adalah tempat pendidikan Islam yang menggunakan sumber berupa Al-Quran dan hadis. Kemudian sumber-sumber tersebut dielaborasi lebih luas lagi dan lebih dalam serta spesifik. Jadi, muncullah kitab kuning yang merupakan hasil karya dari para ulama dengan berbagai macam bidang keilmuan.
Penyebutan kitab kuning sendiri adalah karena sejak dulu sudah banyak kitab yang dicetak dengan menggunakan kertas-kertas yang berwarna kuning dan berbentuk khurasan. Dalam satu khurasan terdapat empat halaman dengan ukuran seperti kertas folio. Seiring dengan berjalannya zaman, maka kitab kuning juga bisa disebutkan untuk kitab-kitab yang dicetak dengan menggunakan kertas putih.
Keunikan Kitab Kuning
Perlu sahabat Masi'ta ketahui bahwa kitab kuning memiliki keunikannya sendiri. Berikut adalah beberapa keunikan dari kitab kuning yang perlu kamu ketahui:
Menjamin Pembelajaran yang Berurutan, Berjenjang, dan Tuntas
Keunikan yang pertama adalah bahwa kitab kuning menjamin pembelajaran yang berurutan, berjenjang, dan tuntas. Jadi, kitab itu diibaratkan seperti tangga. Jika akan menaiki tangga yang kedua, maka tangga yang pertama haruslah diselesaikan terlebih dahulu.
Menjamin Keilmuan Islam yang Bersanad
Keunikan yang kedua adalah menjamin keilmuan Islam yang bersanad. Di mana mempunyai mata rantai yang jelas dan bersambung sampai ke Rasulullah saw. Bahkan dengan mengetahui dari judul kitabnya saja, sahabat Masi'ta sudah bisa mengidentifikasi kitab dari sisi genealogi keilmuannya dan bisa ditelusuri sanad dari penulis tersebut berguru pada siapa dan apakah ilmunya bersambung sampai ke Rasulullah atau tidak.
Mengakomodasi Berbagai Macam Pola Pembelajaran yang Terlembagakan
Keunikan yang ketiga adalah mengakomodasi berbagai macam pola pembelajaran yang terlembagakan. Karena kitab kuning sendiri mempunyai beragam metode mengaji, misalnya saja bandongan, sorogan, musyawarah atau bahtsul masail, musyawarah kubra, dan sebagainya.
Setelah mengetahui apa itu kitab kuning dan keunikan yang dimilikinya, berikut adalah beberapa cara membaca kitab kuning yang bisa sahabat Masi'ta perhatikan:
Niat
Cara membaca kitab kuning yang pertama adalah niat. Niat sangatlah penting ditanamkan sejak awal. Karena dengan niatlah, maka hal tersebut akan lebih memudahkan sahabat Masi'ta untuk memahami apa yang sedang dipelajari, tidak hanya saat belajar membaca kitab kuning saja.
Menguasai Ilmu Nahwu dan Sharaf
Cara membaca kitab kuning yang kedua adalah menguasai ilmu nahwu dan sharaf. Karena ilmu-ilmu itulah yang akan mengantarkan seseorang untuk bisa membaca kitab kuning. Nahwu dan sharaf menjadi pedoman dasar dalam kaidah bahasa Arab, yang mana dalam bahasa Inggris disebut dengan grammar.
Banyak Membaca dan Menghafal Kosa Kata Bahasa Arab
Cara membaca kitab kuning yang ketiga adalah dengan banyak membaca dan menghafal kosa kata bahasa Arab. Hal ini bisa sahabat Masi'ta lakukan dengan banyak membaca dan mengartikannya. Metode yang bisa digunakan adalah dengan membaca makna Arab sebanyak tujuh kali secara berulang-ulang dan secara otomatis hal tersebut akan mudah menempel di pikiran.
Menjaga Sanad Keilmuan dengan Bertawasul
Cara membaca kitab kuning yang keempat adalah dengan menjaga sanad keilmuan dengan bertawasul kepada pengarang kitab. Hal ini adalah bagian dari adab seorang santri saat membaca atau menghafal kitab tersebut. Seperti yang diajarkan pada santri Nahdlatul Ulama (NU), menjaga sanad keilmuan dengan tawassul adalah bentuk penghormatan kepada ulama.
Lingkungan yang Baik
Cara membaca kitab kuning yang terakhir adalah dengan berada di lingkungan yang baik. Karena dengan lingkungan yang baik, maka kepribadian yang baik juga akan tercipta. Lingkungan tersebut misalnya saja pondok pesantren yang sering mengajarkan isi dari kitab kuning.
0 Komentar